Teringat dengan kata-kata temen kemaren tentang sebuah lagu jawa ( tepatnya lagu anak-anak jawa atau lagu dolanan ) yang saya sendiri nggak jelas dengan judul lagu itu. Begini deh lagunya
Ei.., dayohe teko,
Ei.., jerengno kloso,
Ei.., klosone bedah,
Ei.., tambalen jadah,
Ei.., jadahe mambu,
Ei.., pakakno asu,
Ei.., asune mati,
Ei.., guwang neg kali,
Ei.., kaline banjir
Dst……………………. (nggak tau lagi sampai mana akhir lagunya )
Yang kalau versi Bahasa Indonesianya kurang lebih seperti ini :
Ei.., tamunya datang,
Ei.., pasangkan tikar,
Ei.., tikarnya sobek,
Ei.., tambal dengan jadah, ( kue jawa )
Ei.., jadahnya basi,
Ei.., kasihkan saja ke anjing,
Ei.., anjingnya mati,
Ei.., buang saja ke kali,
Ei.., kalinya banjir,
Dst…………………………..
Yang pada akhirnya teman saya itu berkomentar sendiri tentang lagu itu. Kalu lagu itu aneh dan nggak masuk akal ya, dengan bertanya “Lha tamunya tadi dimana dan diapakan ? Kok nggak jelas gitu ya ? Sama seperti bangsa Indonesia.”
Kalo kita mau mencermati, memang benar kali ya pendapat teman saya itu, yang lantas punya kesimpulan kalau memang bangsa ini sejak kecil saja sudah di ajak untuk menjadi orang yang nggak fokus. Terlalu sibuk dengan efek yang timbul dari apa yang ingin kita capai ( mengurus tamu ) bahkan sampai melupakannya. Kita hanya menjadi bangsa yang hangat-hangat tahi ayam, tapi nggak pernah bisa menyelesaikan masalah kita dengan baik, perhatian kita nggak pernah bisa fokus. Wong dari kecil saja kita sudah terbiasa dengan lagu yang seperti itu yang pastinya ikut membentuk pola pikir kita dalam berhadapan dengan segala dilematika kehidupan kita sehari-hari.
Sekian makasih.
jadi bangsa kita ini memang udah kacau dari awal
Mungkin 😕
Hm… mungkin itu benar juga, namun disisilain keberagaman bahasa yang campur aduk ini juga menandakan kalau kita ini juga kreatif 😀
Yap, kreatif dalam berbahasa memang merupakan hal unik dalam negara ini 🙂
lagu itu lagu dolanan ciptaan salah satu wali songo, entah kalijaga entah siapa.. dan artinya saya juga lupa lupa ingat.. yang jelas, memang dibuat sederhana sesuai dengan alam pikir orang jawa jaman itu
selevel dengan lagu lir ilir (kalo yang ini artinya disini http://tinyurl.com/22cj8j)
nanti saya coba tanya ke orang yang tau, mustinya si yang pernah di sastra jawa tau lagu ini
so, memandang bahwa lagu ini nda jelas, ya karena yang memandang tidak mau mencari informasi yang lebih jelas mengenai objek pandangannya
but thanks telah mengingatkanku pada lagu yang dulu menjadi salah satu lagu nina bobok untukku ini hehehe 😀
*makasih linknya ya, dalem juga maksudnya. Ditunggu untuk info yang ini ya 🙂
hmmmpff kekekek! Gendheng… gendheng… terusno leee!
Aku dulu waktu kecil juga punya lagu sama teman-teman.
Lagunya begini:
lihat kebun kucing penuh dengan buaya
ada yang merayap dan ada yang tiarap
setiap harimau kusiram semut merah
mawar melatikus semuanya mampus!
ada lagi yang laen seperti ini lagunya:
aku anak setan
tubuhku bau menyan
karena ibuku ratu siluman
semata aku bayi slalu diberi menyan
makannya setan….(terakhirnya lupa)
* Siapa sih anda, ini yang dulu ngaku anas sama cakmoki itu ya. Kenapa blognya dihapus ? Btw, lagunya lucu juga 🙂
He he, bisa jadi. Mungkin emang dari kecil kebanyakan dari kita tak ditanamkan perihal komitmen. Suka berapi2 pada awalnya, tapi seiring waktu, kebentur dinding tujuan awal udah jd gak penting lagi. Begitu lah mungkin kira2. Artikel keren mas… sukses selalu.
amienn
Ini lagu waktu saya kelas 1 sd.
Jago kate te te te
Kukukluruk kok
Amecece ce ce ce
Kukukluruk kok
Dibalang watu bocah gundul
Keok keno telihe..
Njranthal pelayune …
mari umuk mari ngece
Si kate katon yentukung..
Wah,
kalo itu apa adanya di jogja saja ya
saya kok belum pernah denger
Ato saya terlalu kecil aja ya
Jadinya lupa 😀
Bagus……
kalo waktu saya kecil, ada lagu Unyet-unyet Beranti. gini lagunya:
Unyet-unyet beranti,
enek Bebek nebg pinggir kali
nyucuki wader pari
parine wak lurah nggrojo
jo sundok-sundok mentol
sunduko mala Inten
tak jenthit lololoba
wong mati ora iso obah
nek obah medeni bocah…..