Beberapa hari terakhir ini ingin sekali mengisi blog lagi. Tapi kok rasa-rasanya agak sulit juga ya. Selain kurang ada ide dan inspirasi juga waktu dan kesempatan yang kurang tersedia membuat kesempatan makin minim.
Kemarin sih udah bikin satu puisi lagi, tapi karena kelamaan ga ditulis di blog jadi males masukinnya, dah terasa basi kali ya 😛 Disamping itu dua mingguan terakhir juga gi fokus buat belajar design grafis dulu.
Ada banyak pengalaman yang mestinya saya dapatkan dari belajar ini, dari sedikit yang sudah tahu saja dah bisa membuat semakin ingin untuk belajar. Ternyata design untuk di-print itu beda banget ya dengan design untuk web.
Seringkali efek-efek yang terlihat bagus dipakai di web menjadi kurang bermakna dan justru terlihat ga jelas maksudnya jika kita paksakan untuk dimasukkan. Selain design web itu cenderung bebas, ga harus sesuai dengan sesuatu secara benar-benar menyeluruh, beda denga design for print yang paling tidak menggambarkan apa maksud di balik design itu. *Aduh kok ribet gini ya kata-kataku* Â Gini deh, misalnya untuk pamflet biasanya yang duitamakan adalah isinya, karena kalau bisa ukurannya ga terlalu lebar-lebar amat [satu lembar kertas saja deh]. Berhubung isi lebih utama kadang-kadang tampilan itu baiknya sederhana saja, karena kalau terdapat terlalu banyak warna atau efek-efek di background tulisan justru mengganggu kita saat membacanya.
Trus semisal untuk cover atau sampul khan paling tidak harus bisa manjadi ilustrator dari apa yang ada didalamnya. Jadi kita juga paling tidak harus tahu garis besar dari isinya  biar kalau bikin gambarannya jelas, bukan menggambarkan hal lain yang jauh dari apa yang menjadi kandungan buku tersebut.
Trus satu lagi, ternyata kalau menggunakan Photoshop itu seringkali terlihat pecah-pecah gambarnya kalau dicetak. Kalau dipaksa dengan menggunakan resolusi yang besar dan kerapatan pixelnya juga besar ukuran file psd-nya nanti bisa gede banget [kemaren ada satu file ukuran kertas folio, 300dpi bisa jadi 14 MB 😛 ] Karena Photoshop berbasis pixel [gambar terdiri dari titik-titik] sehingga kalau pixelnya sedikit dicetak ke media yang lebar akan terlihat pecah-pecah.
So, alternative yang ada adalah menggunakan CorelDraw, karena corel berbasis vector sama dengan flash atau juga Adobe Ilustrator. Tapi sayangnya buat cari resource belajarnya sulitnya minta ampun. Kalau dibanding Photoshop mungkin 1:10 perbandingannya di internet. Atau bahkan mungkin kurang.
Tapi semangat aja deh, kelihatannya asyik dan simple  kok sebenarnya Corel itu. Nanti aja pas ada pameran di solo cari-cari bukunya.